Berlibur ke Sumatra Utara (Part 1)
Anda ingin berlibur menghilangkan penat akibat rutinitas kerja? Nah…cobalah liburan ke tempat yang berbeda dari yang pernah anda kunjungi. Salah satu alternatif pilihan yang saya rekomendasikan adalah Sumatra Utara. Ini berdasarkan pengalaman pribadi travelling bersama rombongan selama 3 hari di sana. Pemandangan yang disuguhkan danau toba dan daerah sekitarnya sangat mempesona dan dapat merefresh your mind and soul. Jadi semakin cinta dengan Indonesia yang kaya akan pemandangan alam yang menakjubkan dan keanekaragaman budayanya. So…benerlah slogan kementrian pariwisata “kenali negerimu cintai negerimu” :)
Propinsi ini terkenal dengan sebutan daerah “batak” sebab
sukunya adalah batak, jadi seperti bandung dengan suku sunda nya. Nah…ada beberapa suku batak, klw ga salah
ingat menurut guidenya ada 5 suku di batak, diantaranya (yang masih inget aja
yah…lupa nyatet soalnya…): batak simalungun, batak karo, batak mandailing, dan
batak toba.
Perjalanan kami waktu itu, begitu nyampe di bandara Polonia Medan langsung naik bus menuju ke Parapat, kota di tepian danau toba. Jalur yang ditempuh yaitu Medan – Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Pematang Siantar – Parapat, sekitar 5 jam perjalanan. Di Pematang Siantar kami singgah di toko kue yang terkenal (dari jaman dahulu kala…kayanya sih sejak jaman belanda gitu deh) yaitu Toko Paten untuk memborong oleh2 khas pematang siantar.
Toko ini membuat dan menjual berbagai penganan dari
kacang-kacangan, ada yang namanya ting-ting, teng-teng, tang-tang, tung-tung,
dan tong-tong (hahah….ada2 aja yah ciptain nama2nya). Ada lagi yang unik
menurutku di tempat ini…Mungkin saking terkenalnya dan sering juga dikunjungi
turis manca negara, di toiletnya tulisan “jagalah kebersihan” menggunakan tiga
bahasa; Indonesia, Mandarin, dan English.
Ok…sampailah kami di Parapat…Sepanjang perjalanan menuju ke penginapan, kami disambut oleh danau Toba, sayangnya cuaca lagi mendung jadi danau dan pulau Samosir terselubung kabut tipis. Walaupun demikian, decak kagum tak lepas karena melihat pemandangannya. Rasanya capek perjalanan sedari Jakarta seketika menguap.
Dari hotel di tepi danau Toba tempat kami menginap, menyeberang ke pulau Samosir menggunakan perahu sekitar 30 menit - 40 menit.
Dari boat ini kita bisa melihat
pemandangan tepi danau toba yang elok.
Kalau
diperhatikan lebih seksama, ada beberapa bukit dengan pepohonan yang terlihat
tumbuhnya jarang2. Memang beberapa tahun
yang lalu danau toba mengalami krisis pepohonan akibat penebangan liar yang
tidak bertanggung jawab. Makanya tahun2
belakangan ini digalakkan “green toba” dan “gerakan menanam seribu pohon” untuk
menghijaukan kembali daratan di sekitar danau toba. Kita semua selayaknya dan harus mendukung
gerakan tersebut untuk menjaga kelestarian dan keindahannya. Betapa sayangnya bila pemandangan yang elok
mempesona harus hilang karena ulah segelintir manusia yang egois dan rakus.
Sedangkan untuk kondisi perairan di danau sekarang
sudah terlihat bersih karena maraknya digalakkan membuang sampah pada tempatnya
dan slogan “danau toba bukan tempat sampah” tertempel di semua perahu
penyeberangan ke pulau Samosir.
Disamping itu patut diacungi jempol buat para sukarelawan dan pemerhati
lingkungan yang bekerja tanpa pamrih membersihkan danau dari sampah beberapa
tahun belakangan ini. Thanks to the
volunteers.
Nah…lanjut ke
pesiarnya nih… Sebelum nyampe ke Samosir, perahu
singgah ke tempat batu gantung di tepian danau. Menurut
legenda, batu gantung itu adalah perwujudan seorang gadis cantik bernama Seruni
dan seekor anjingnya, Toki. Si gadis
hendak mengakhiri hidupnya dengan terjun ke danau karena dijodohkan oleh orang
tuanya. Namun ia terperosok ke dalam
batu cadas dan ia pun berteriak “parapat…parapatlah batu” (artinya merapat…merapatlah
batu), yang merupakan asal muasal nama kota Parapat.
........To be continued.......
0 komentar:
Posting Komentar